Berdoa kepada Allah itu bukan hanya saat susah saja. Namun juga ketika dalam kondisi lapang. Yakni ketika kita sedang sehat, lancar rezeki, senang dan yang semisal.
Jadi berdoa itu adalah saat lapang dan susah, juga dalam segala kondisi. Jika ketika lapang, kita tidak lupa untuk terus berdoa, niscaya Allah akan kabulkan doa kita saat sedang susah dan kepepet.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ“
“Barang siapa menghendaki doanya dikabulkan oleh Allah saat susah dan ditimpa musibah; hendaklah ia memperbanyak doa ketika sedang lapang”. HR. Tirmidzy dan dinilai hasan oleh Syaikh al-Albany.
Dalam banyak kesempatan, Allah ta’ala mencela kaum musyrikin, dikarenakan mereka berdoa kepada Allah saat kepepet saja. Bila mereka sudah selamat dan dalam kondisi lapang, maka merekapun melupakan Allah. Bahkan kemudian mereka meminta-minta kepada berhala yang tidak bisa membantu sedikitpun.
Allah bercerita,
“وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الْإِنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ“
Artinya: “Apabila kami melimpahkan kenikmatan kepada manusia, maka dia akan berpaling dan menjauhkan diri. Namun bila dia ditimpa malapetaka; maka dia akan banyak berdoa”. QS. Fusshilat (41): 51.
Orang yang beriman tentu wajib berbeda dari kaum musyrikin. Setiap muslim seharusnya berdoa hanya kepada Allah dalam segala kondisi. Baik ketika kondisi lapang maupun susah. Saat kaya maupun miskin. Ketika sehat maupun sakit. Saat senang maupun sedih. Siapapun yang mengingat Allah ketika senang, maka Allah pun akan mengingatnya saat susah.
“تَعَرَّفْ إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ“
“Kenalilah Allah saat lapang; niscaya Dia akan mengenalimu ketika engkau susah”. HR. Al-Hakim dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Nabi Yunus ‘alaihis salam rajin mengingat Allah dalam segala kondisi. Maka, saat beliau dimakan ikan paus, lalu berdoa kepada Allah, dikabulkanlah oleh-Nya.
“فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ . لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ“
Artinya: “Sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikir kepada Allah, niscaya dia akan tetap berada di perut (ikan itu) sampai hari kiamat”. QS. Ash-Shaffat (37): 143-144.
Bandingkan dengan Fir’aun yang jahat dan lalai dari berdzikir kepada Allah. Saat dia tenggelam dan berkata, “Sekarang aku beriman”, Allah menimpali,
“آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ“
Artinya: “Mengapa baru sekarang (kamu beriman)?! Padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan”. QS. Yunus (10): 91.
@ Kereta Api Taksaka, dini hari 17 Jumada Tsaniyah 1439 / 5 Maret 2018